Wamenag: Mahasiswa PTAI Harus Jadi Penjaga Cita-Cita Pendiri Bangsa
Palembang (Kemenag) --- Wakil Menteri Agama Romo H. R. Muhammad Syafi’i mengajak mahasiswa perguruan tinggi agama Islam (PTAI) untuk menjadi motor penggerak penjaga cita-cita para pendiri bangsa. Ajakan ini disampaikan Wamenag saat menutup Kongres Nasional V Forum Komunikasi Dema/BEM PTAI se-Indonesia di Academic Center UIN Raden Fatah Palembang, Jumat (31/10/2025).
“Pendiri bangsa ini adalah manusia-manusia terdidik. Mereka memiliki kesadaran untuk menyatukan kekuatan demi cita-cita bersama, yaitu mendirikan Indonesia,” ujar Romo Syafi’i.
Menurut Wamenag, menjadi mahasiswa adalah sebuah keberuntungan sekaligus amanah besar. “Tidak semua anak bangsa memiliki kesempatan menempuh pendidikan tinggi. Kalian adalah orang-orang beruntung yang menjadi manusia terdidik,” lanjutnya.
Romo Syafi’i kemudian mengulas sejarah pergerakan nasional. Sebelum Sumpah Pemuda 1928, perjuangan bangsa masih terpecah dalam kelompok dan wilayah. “Ratusan tahun kita berjuang tanpa hasil. Baru setelah para pemuda dan mahasiswa bersatu dalam Sumpah Pemuda, lahirlah tekad satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa. Hanya butuh 17 tahun setelah itu, Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya,” paparnya.
Wamenag menegaskan, sejarah tersebut membuktikan bahwa persatuan adalah sumber kekuatan besar. “Itu buah kerja anak muda dan mahasiswa—mereka yang memiliki kesadaran dan kemampuan akademik di atas rata-rata,” ujarnya.
Kini, kata Romo Syafi’i, semangat itu harus dilanjutkan oleh mahasiswa masa kini, termasuk para pimpinan BEM dan Dema PTAI. “Gerakan nasional yang mengubah arah bangsa selalu dimotori mahasiswa. Jadilah motor penggerak agar arah pembangunan bangsa tetap berpijak pada kesepakatan para pendiri bangsa: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” tegasnya.
Lebih lanjut, Wamenag mengingatkan bahwa Pancasila terbukti mampu menyatukan perbedaan. Karena itu, menurutnya, sudah seharusnya tidak ada lagi perdebatan mengenai dasar negara tersebut.
“Bung Karno mengatakan, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa adalah causa prima bagi sila-sila lainnya. Artinya, seluruh sila harus berjiwa ketuhanan. Kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial harus berketuhanan,” jelasnya.
Ia menegaskan, tidak boleh ada perjuangan kemanusiaan, persatuan, demokrasi, maupun keadilan yang menafikan nilai ketuhanan. “Itu bukan perjuangan menegakkan Pancasila. Saya ingin benteng terdepan penjaga Pancasila adalah BEM PTAI se-Indonesia,” seru Wamenag disambut tepuk tangan meriah para mahasiswa.
Kegiatan penutupan Kongres Nasional V Forkom Dema/BEM PTAI se-Indonesia ini turut dihadiri Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Provinsi Sumsel Sunarto, Kakanwil Kemenag Sumsel Syafitri Irwan, Rektor UIN Raden Fatah Muhammad Adil, para wakil rektor, serta Kepala Balai Diklat Keagamaan Palembang Saefudin. (Humas Kanwil Kemenag Sumsel)
Apa Reaksi Anda?
Suka
0
Tidak Suka
0
Cinta
0
Lucu
0
Marah
0
Sedih
0
Wow
0

