Catatan: Refleksi Haul AG H Abdurrahman Ambo Dalle Ke- 29
Catatan: Refleksi Haul AG H Abdurrahman Ambo Dalle Ke- 29
Melampaui Seremoni: Mencintai Gurutta dengan Karya.
Samarinda. Mengenang Gurutta K.H. Abdurrahman Ambo Dalle adalah sebuah kehormatan. Namun, kecintaan kita sebagai murid- anak idiologis dan penerus tidak boleh terjebak hanya pada batas seremonial—sekadar mengenakan atribut, menghadiri peringatan tahunan, atau mengagungkan nama beliau tanpa tindak lanjut. Apabila cinta kita kepada Gurutta Ambo Dalle hanya berhenti pada pidato pujian dan ritual belaka, maka kita sedang membungkus warisan beliau dengan selubung kekosongan. Ibarat membangun rumah dari sarang laba- laba, indah tapi sesungguhnya rapuh. Karena wujud cinta sejati itu sesungguhnya adalah dalam aksi.
Gurutta Ambo Dalle mewariskan organisasi Darud Da'wah Wal Irsyad (DDI) bukan sebagai monumen sejarah untuk dipuja, melainkan sebagai mesin pergerakan yang harus terus bekerja. Karya beliau adalah jejak langkah yang menuntut kita untuk melanjutkan dan memperluasnya, bukan hanya mengenangnya di masa lalu.
Wujud Karya Nyata Kita
Bentuk cinta yang paling tulus dan bernilai adalah karya nyata yang dapat dirasakan oleh umat dan yang mendukung tiga pilar utama perjuangan DDI:
Gurutta menghabiskan hidupnya untuk membangun lembaga-lembaga pendidikan. Maka wujudkan cinta kita dengan Penguatan Mutu Madrasah. Memastikan setiap sekolah DDI bukan hanya berdiri, tetapi menjadi pusat keunggulan peradaban dengan akreditasi yang baik dan lulusan yang berakhlak mulia serta berdaya saing.
Mewujudkan kemandirian aset dengan turut serta dalam program pengadaan dan pemeliharaan sarana pendidikan, menjadikannya modern dan representatif, bukan sekadar memanfaatkan fasilitas lama.
Bukankah Gurutta adalah sosok pejuang paham Ahlusunnah Wal Jamaah dan penyebar Islam yang Wasathiah (moderat). Maka wujud cinta kita adalah mengikuti jejak beliau sebagai da'i tapi da'i digital. Caranya cukup dengan aktif menyebarkan narasi DDI yang sejuk dan mencerahkan di ruang-ruang digital dunia maya dan dunia nyata.
Wujud kecintaan dalam mode gerakan sosial bisa dengan cara menambah fungsional masjid, madrasah, dan kantor sekretariat DDI sebagai pos pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat, sesuai dengan semangat slogan Ad Da'watul Haq.
Membangun Kemandirian Organisasi. Mengikuti cara berjuang Gurutta adalah istiqomah sebagai pendidik, seniman, penulis, dan sebagai pimpinan organisasi. Beliau sosok pekerja keras, bekerja cerdas, terukur, inovatif, serta mengutamakan pemberdayaan penuh potensi ummat. Karenanya jejaring lembaga pendidikan DDI bisa tersebar di seantaro penjuru negeri. Bahkan lembaga pendidikan DDI menembus sampai ke
pemukiman- pemukiman terisolir di belantara Sumatra, Kalimantan, dan bahkan Papua.
Gurutta pernah berkata " Dimana ada gunung disitu ada orang bugis. Dimana ada orang bugis disitu ada DDI." Kalau tidak salah ingat, ini disampaikan Gurutta saat acara Isra' Mi'raj akbar yang digelar di Ponpes Kaballangan sekira tahun 87-88 silam.
Bagi kita. Melanjutkan warisan gurutta bisa dengan beberapa cara diantaranya;
1. Menciptakan Dana Abadi (Endowment Fund): Berkontribusi nyata dalam pembangunan sistem kemandirian finansial DDI, sehingga organisasi tidak goyah dan program dakwah terus berjalan.
2. Kaderisasi Profesional menjadi kader DDI yang profesional, berintegritas, dan mendedikasikan ilmu serta keahliannya untuk tata kelola organisasi yang modern dan transparan.
Akhir kata. Jangan biarkan cinta dan warisan Gurutta Ambo Dalle hanya menjadi materi ceramah nostalgia. Mari kita buktikan bahwa darah perjuangan beliau mengalir di nadi kita. Ganti air mata haru dengan keringat kerja. Ganti janji kosong dengan hasil nyata. Inilah saatnya kita mengubah narasi dari "Kami mencintai Gurutta Ambo Dalle" menjadi "Kami melanjutkan karya Gurutta Ambo Dalle."
Sukses acara haul Gurutta KH Abdurahman Ambo Dalle di Ponpes DDI TOBARAKKA.(*tahrir)
Apa Reaksi Anda?
Suka
2
Tidak Suka
0
Cinta
0
Lucu
0
Marah
0
Sedih
0
Wow
0

