Meneladani Gaya Komunikasi Nabi

Nov 1, 2025 - 12:49
Nov 1, 2025 - 12:49
 0  0
Meneladani Gaya Komunikasi Nabi

Khutbah I

أَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَكْرَمَنَا بِالْإِيْمَانِ وَأَعَزَّنَا بِالْاِسْلَامِ وَرَفَعَنَا بِالإِحْسَانِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَأَشْكُرُهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرُسُوْلُهُ ،اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَـيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَــانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ
أمـّا بعد ، فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ,
قَالَ تَعَالَى يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

Jamaah Jumah yang dirahmati Allah…

Dalam kesempatan khutbah Jumat siang hari ini, khatib ingin berpesan, khususnya untuk diri khatib pribadi, dan umumnya untuk jamaah Jumat sekalian: Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya, menjauhi semua larangan-larangannya, dan menambah amal shalih yang disunahkan melalaui Nabinya.

Karena hanya dengan takwalah, manusia kelak mendapat derajat kemuliaan di sisi Allah. Sebagaimana firman-Nya:

إنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.” (QS Al-Hujurat: 13)

Allah subhanahu wata’ala juga telah menjamin bahwa barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan memberi solusi, jalan keluar atas problem-problem yang dihadapi, dan Allah akan memberi rizki yang datangnya tidak bisa diprediksi.

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Kaum Muslimin, jama’ah jum’ah rahimakumullah,

Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah atau hablun minallah, tetapi juga hubungan manusia dengan sesamanya atau hablun minannas. Oleh karena itu, dalam Islam, yang disebut orang saleh bukan hanya orang yang rajin beribadah saja, tetapi juga yang memiliki hubungan baik dengan sesama manusia.

Salah satu kunci hubungan yang harmonis antarsesama manusia adalah komunikasi yang baik. Dengan komunikasi yang santun, jujur, dan penuh empati, manusia dapat saling memahami, menguatkan, dan bekerja sama dalam kebaikan. Sebaliknya, komunikasi yang kasar dan penuh prasangka sering kali menjadi sumber perpecahan, kebencian, dan permusuhan. Karena itu, Islam menempatkan adab berbicara dan menyampaikan pesan sebagai bagian penting dari akhlak mulia. Allah berfirman:

وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Bertutur katalah yang baik kepada manusia.”

Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah,

Kita perlu meneladani Rasulullah Muhammad saw dalam berkomunikasi. Beliau adalah seorang Nabi yang memiliki gaya dan cara berkomunikasi sangat baik. Setidaknya ada empat gaya komunikasi Nabi yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama, Rasulullah adalah pribadi yang berbicara dengan lembut dan penuh kasih. Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā menegaskan kelembutan Nabi dalam QS. Āli ‘Imrān [3]: 159:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

“Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”

Bahkan Allah menegaskan dalam ayat tersebut bahwa salah satu kunci keberhasilan dakwah Rasulullah adalah sikap lemah lembuh. Dalam hadis sahih, Rasulullah bersabda:

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ

“Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu melainkan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan memperburuknya.” (HR. Muslim)

Kelembutan cara berkomunikasi Rasulullah terlihat, bahkan kepada orang yang menentangnya sekalipun. Seorang Arab Badui pernah menarik jubah beliau dengan kasar sambil berkata: “Berikan aku harta dari Allah yang ada padamu, wahai Muhammad!” Mendengar ucapakan kassar tersebut bukannya marah, Beliau justru tersenyum dan berkata lembut, “Berikanlah orang ini sesuatu.”

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah,

Kedua, Nabi berbicara dengan jelas dan mudah dipahami. Nabi tidak berbicara tergesa-gesa atau berbelit-belit. Setiap kata keluar dengan jelas dan penuh makna.

Aisyah radhiyallāhu ‘anhā berkata: “Perkataan Rasulullah adalah perkataan yang jelas dan tegas; setiap orang yang mendengarnya dapat memahaminya.” (HR. Abu Dawud no. 4839)

Hal ini sesuai dengan perintah Al-Qur’an agar kita menggunakan bahasa yang baik:

وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Bertutur katalah yang baik kepada manusia.”

Agar perkataannya mudah dipahami, Rasulullah selalu memperhatikan latar belakang orang yang diajak bicara. Apakah kepada anak kecil, kepada sahabat, kepada kepala suku, atau kepada orang Badui yang baru mengenal Islam.

Suatu ketika seorang Arab Badui datang ke masjid dan buang air di dalamnya. Para sahabat marah, namun Nabi menegur sahabat dengan lembut: “Biarkan dia, jangan menghardiknya.” Setelah orang itu selesai, Nabi menjelaskan dengan sabar: “Masjid ini tidak pantas untuk hal-hal seperti kencing atau kotoran, karena ia tempat zikir kepada Allah dan salat." (HR. Muslim)

Bahasanya sederhana, langsung, dan mudah dipahami. Bahkan mengandung pendidikan dan kasih sayang.

Kaum Muslimin jamaah jumah rahimakumullah,

Gaya komunikasi Nabi yang ketiga, yang bisa kita teladani, adalah Nabi selalu jujur dan tidak menyakiti hati. Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā menegaskan:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ

“Dan tidaklah dia (Muhammad) berkata menurut hawa nafsunya. Ucapannya hanyalah al quran yang diwahyukan."

Dan Nabi bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika seorang pemuda datang dan meminta izin berzina, para sahabat marah. Namun Rasulullah ﷺ menanggapinya dengan tenang:
Nabi bertanya, “Apakah engkau rela hal itu terjadi pada ibumu?”
Pemuda itu menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah.”
Nabi melanjutkan, “Begitu pula orang lain tidak rela hal itu terjadi pada ibu mereka.” (HR. Ahmad)

Nabi tidak membentak, tidak menghakimi, tapi menyentuh hati sang pemuda dengan logika kasih sayang. Akhirnya pemuda itu menyesal dan bertaubat.

Hadirin kaum mu’minin yang dirahmati Allah,

Yang keempat, Nabi selalu mendengarkan lawan bicara dengan empati dan perhatian. Mengenai empati dan perhatian Nabi, Anas bin Malik meriwayatkan:

“Apabila seseorang berjabat tangan dengan Rasulullah beliau tidak melepaskan tangannya hingga orang itu yang melepaskannya, dan tidak memalingkan wajahnya sampai orang itu berpaling terlebih dahulu.” (HR. At-Tirmidzi no. 2735)

Allah pun memuji hamba yang mendengarkan dengan baik. Dalam QS. Az-Zumar: 17–18 Allah berfirman:

فَبَشِّرْ عِبَادِ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَه ۗ اُولٰۤىِكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰۤىِكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ

“Maka, sampaikanlah kabar gembira itu kepada hamba-hamba-Ku. (Yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah ululalbab (orang-orang yang mempunyai akal sehat).”

Ma‘asyiral Muslimin,

Di era digital sekarang, komunikasi menjadi semakin cepat, luas, dan terbuka. Namun, justru di sanalah fitnah, ujaran kebencian, dan kesalahpahaman mudah muncul. Banyak orang berbicara tanpa berpikir, berkomentar tanpa tabayyun, membagikan berita tanpa memastikan kebenarannya.

Padahal Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.”

Dan Allah juga berpesan:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُوْلًا

“Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”

Semoga kita semua dapat meneladani cara komunikasi Rasulullah, sehingga kehadiran kita di tengah-tengah manusia menjadi sumber kedamaian, bukan perpecahan; menebarkan keteduhan, bukan kegaduhan. Dengan tutur kata yang jujur, lembut, dan penuh hikmah, semoga setiap ucapan kita menjadi jalan untuk mempererat persaudaraan, menumbuhkan kasih sayang, serta menghadirkan cahaya Islam yang rahmatan lil ‘alamin dalam setiap ruang kehidupan, baik di dunia nyata maupun di ruang digital. Amiin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ رَبَّنَااغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ اَحَبَّ وَاَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِكَافَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَجْمَعِيْنَ
عِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Dr. H. Thobib Al Asyhar, M.Si (Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik)

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0