Menag Sebut Pemimpin Masa Depan Harus Pahami Diplomasi Spiritual

Nov 1, 2025 - 12:48
Nov 1, 2025 - 12:48
 0  0
Menag Sebut Pemimpin Masa Depan Harus Pahami Diplomasi Spiritual

JAKARTA, Kemenag — Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya kepemimpinan yang tidak hanya cerdas secara geopolitik, tetapi juga memiliki kepekaan spiritual lintas agama.

Pesan itu disampaikannya dalam kuliah umum kepada peserta Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) Angkatan XXVI di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), Jakarta, Jumat (31/10/2025).

Kuliah umum tersebut dihadiri oleh Gubernur Lemhannas Ace Hasan Syadzily, Wakil Gubernur Lemhannas Edwin, dan jajaran.

Menurut Menag, masa depan kepemimpinan nasional membutuhkan kemampuan membaca tantangan global yang semakin kompleks, termasuk dalam hal keagamaan dan kemanusiaan. “Ketahanan nasional tidak cukup dengan militer yang kuat. Ia juga harus ditopang oleh kesadaran spiritual, empati kemanusiaan, dan keseimbangan ekologi,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Menag juga menceritakan pengalamannya berinteraksi dengan Paus Fransiskus di Vatikan. Pertemuan tersebut menghasilkan komitmen untuk menindaklanjuti Deklarasi Istiqlal, gerakan lintas agama yang berfokus pada perdamaian dunia dan penyelamatan bumi. “Paus mengatakan, tidak bisa kita menyelamatkan alam semesta dengan bahasa hukum, politik, atau ekonomi. Hanya bahasa agama yang bisa menyentuh kesadaran manusia,” tutur Menag Nasaruddin.

Ia menjelaskan bahwa pendekatan spiritual lintas agama kini menjadi bagian dari diplomasi baru yang justru memperkuat posisi bangsa di tingkat global. “Indonesia dengan keberagamannya memiliki modal spiritual yang luar biasa. Pemimpin yang memahami bahasa agama akan lebih mampu membangun jembatan antarbangsa dan antariman,” jelasnya.

Menag menambahkan, kepemimpinan spiritual yang berbasis moderasi adalah bentuk baru dari ketahanan nasional. “Pemimpin masa depan harus bisa menjadi penyejuk, bukan pemecah. Mereka perlu memahami diplomasi spiritual agar mampu membawa nilai-nilai perdamaian ke ruang politik dan kebijakan publik,” ujarnya.

Dikatakan Menag, Lemhannas memiliki peran strategis dalam menyiapkan kader bangsa yang tidak hanya tangguh secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual. “Lemhannas menyiapkan calon pemimpin negara. Maka penting menanamkan kesadaran bahwa kekuatan sejati bangsa bersumber dari cinta, bukan dari konflik,” pungkasnya.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0