Profesiku adalah Pelayananku

Jul 6, 2025 - 02:07
Jul 6, 2025 - 02:07
 0  0
Profesiku adalah Pelayananku

Perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14–30 adalah salah satu yang terpanjang dalam Injil Matius. Panjangnya narasi ini mencerminkan betapa pentingnya pesan yang ingin disampaikan. Selain itu, perumpamaan ini juga sangat terkenal siapa yang belum pernah mendengar nasihat untuk menggunakan talenta demi kemuliaan Allah?

Dari bagian ini, kita dapat menarik beberapa prinsip penting dalam melayani, khususnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kementerian Agama, Ditjen Bimas Kristen:

1. Kita Adalah Penatalayan, Bukan Pemilik (ay. 14)
Istilah "hamba" (doulos) dalam konteks ini bukan merujuk pada budak biasa, melainkan seorang penatalayan (steward) orang yang dipercaya mengelola urusan rumah tangga, keuangan, bahkan anggota keluarga tuannya. Ini terlihat dari jumlah talenta yang sangat besar yang dipercayakan kepadanya jumlah yang tak masuk akal jika diberikan kepada budak biasa.

Sebagai penatalayan, kita tidak memiliki hak mutlak atas apa yang dipercayakan. Kita tidak bebas menggunakan jabatan, waktu, atau harta yang telah Tuhan berikan sesuka hati. Semua itu adalah titipan.

Seringkali kita menggenggam terlalu erat hal-hal yang seharusnya kita kelola, bukan miliki. Semakin kuat kita menggenggamnya, semakin sakit saat Tuhan mengambilnya kembali. Ingatlah, suatu saat Sang Pemilik akan meminta pertanggungjawaban atas segala yang telah dipercayakan kepada kita.

2. Tuhan Mengenal Setiap Hamba-Nya (ay. 15)
Tuan dalam perumpamaan ini mengenal hambanya dengan sangat baik. Ia tidak sembarangan memberikan uang dalam jumlah besar. Bahkan satu talenta saja setara dengan upah 6.000 hari kerja—sekitar 20 tahun! Ini bukan sembarang pemberian, ini adalah tanda kepercayaan.

Masing-masing hamba diberi jumlah yang berbeda: lima, dua, dan satu talenta—sesuai kesanggupan mereka. Ini menunjukkan bahwa keadilan Tuhan tidak berarti sama rata, tetapi seturut kemampuan. Jangan iri atas pencapaian atau posisi orang lain. Tuhan mengenal kita secara pribadi dan presisi. Dia memberi kita porsi terbaik sesuai kapasitas yang kita miliki.

3. Melayani dengan Setia (ay. 21)
Hamba yang menerima lima dan dua talenta dipuji sebagai "hamba yang baik dan setia." Menariknya, hamba yang menerima satu talenta juga tidak menyalahgunakan amanah—ia tidak mencuri, tidak lalai, bahkan tidak meninggalkan tuannya. Namun, ia tidak produktif.

Kesetiaan di mata Tuhan bukan sekadar soal waktu atau kehadiran, tetapi soal kerja keras dan hasil nyata. Banyak orang tetap berada di bidang pelayanan bertahun-tahun, tetapi tidak pernah menunjukkan kualitas terbaik dalam pelayanannya. Melayani dengan setia berarti memberikan yang terbaik, bukan sekadar hadir.

Melayani Tuhan berarti tidak asal-asalan. Profesi kita adalah kesempatan untuk menyatakan kasih dan kemuliaan-Nya. Apa pun bentuk pekerjaan kita, terutama sebagai ASN, jadikan itu sebagai ladang pelayanan, bukan sekadar rutinitas.

Selamat Hari Minggu, Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Edward T. Pelmelay, M.Th (Gereja Sidang Tuhan Jemaat Kasih Karunia)

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0